Senin, 10 Agustus 2015

THE MASQUERADE-nf-story-ind-bv-Pt.1


THE MASQUERADE
Izinkan aku menceritakan sebuah kisah dari zaman lampau. Ini adalah kisah dimana manusia hidup sambil menyembah Tuhan dan Iblis. Karena aku rasa sekarang ini manusia hanya percaya pada iblis.
Apa kau percaya ada makhluk yang lebih cerdas dari manusia di dunia ini? Apa kau percaya kalau ada dunia yang lebih indah dari dunia ini, dan juga ada dunia yang sangat mengerikan, lebih dari dunia ini?
Saat ini banyak makhluk menyeramkan di dunia tempat kau melihat tulisan ini. Manusia menyebut makhluk ini monster, atau kebanyakan orang menganggapnya Iblis. Tapi manusia tak sadar bahwa mereka itu monster dan bagian dari Iblis itu sendiri.
Manusia penuh dengan keraguan. Dalam pikiran mereka, mereka lebih memilih untuk menghancurkan hal yang sulit mereka pahami. Dan mereka rela melakukan penelitian yang dapat membunuh dunia mereka sendiri. Manusia tidak sadar kalau mereka akan melenyapkan nyawa mereka sendiri, dan melenyapkan nyawa orang lain.
Mereka lebih menyedihkan dari Iblis kan? Dan kami disini tertawa melihatnya.
Sangat menyenangkan bagi kami melihat kebodohan dari makhluk yang menganggap dirinya paling cerdas di dunia ini. Mereka menganggap diri mereka kuat dan tidak takut dengan makhluk lain, tapi kenyataannya mereka sangat takut, bahkan kepada diri mereka sendiri.
Mereka tidak akan pernah puas untuk menghancurkan dengan berbagai alasan, sampai tidak ada yang tersisa selain nyawa-nyawa yang bisa mereka kendalikan.
Tidak berbeda jauh dengan Iblis kan? Bedanya manusia dengan Iblis adalah, Iblis tidak akan menghancurkan sesama Iblis.
Sampai mereka menemukan jawaban atas keraguan mereka, yang sesuai dengan kelemahan otak mereka, tidak peduli jawaban itu sesuai dengan kenyataan atau tidak, mereka tidak akan pernah puas. Jika itu tidak berhasil, maka mereka membuat jawaban mereka sendiri.
Mereka lebih memilih untuk menutup mata mereka.
Apa benar arah tujuan yang akan kita tempuh, jika kita berjalan tanpa melihat? Sekalipun kita memakai tongkat, kita akan dijatuhkan ke dalam jurang.
Cara yang manusia lakukan pun sungguh lucu, mereka berusaha melenyapkan semuanya. Bahkan mereka saling menghancurkan satu sama lain. Menyalahkan dan membunuh kehidupan mereka dengan alasan perdamaian.
“Demi kepentingan orang-orang” itu yang mereka katakan.
Dan dari atas sini kami turun untuk memakan jiwa mereka. Tapi kami lebih memilih untuk memberikan jiwa-jiwa yang busuk itu sebagai mainan untuk binatang peliharaan kami. Para binatang itu sungguh lucu saat bermain dengan mainan mereka.
Seperti anak kecil, mereka saling melempar mainan mereka. Kadang-kadang mereka suka menggigit mainan mereka sendiri atau merusaknya, menusuknya, mengoyak kulitnya atau mematahkannya.
Tapi tidak apa-apa, karena mainan itu memang sudah rusak. Sejak awal jiwa itu sudah membusuk.
Kami tidak perlu khawatir jika para binatang itu selalu merusak mainan mereka. Karena mainan itu jumlahnya tak terbatas, mereka selalu bertambah sangat banyak jumlahnya setiap generasi, sehingga anak-anak dari para binatang yang sudah kawin bisa terus bermain.
Kami sudah bosan mengurus mainan untuk para binatang, jadi kami lenyapkan saja mainannya.
Oh iya, selain ada jiwa-jiwa yang busuk itu, ada jiwa yang lain.
Jiwa itu adalah orang-orang yang mau menerima kebenaran. Mereka itu jiwa yang menerima penderitaan dan mereka pantas dihargai, lalu mereka akan menjadi bagian dari kami.
Karena kami memberi penderitaan yang tidak sanggup diterima para manusia.
Karena itu kami sangat senang menyambut jiwa-jiwa yang ini.
Tapi menurutku semua orang yang mengetahui kebenaran adalah orang yang beruntung. Karena mereka yang menyimpang akan dilenyapkan. Untung saja mereka yang sanggup menerimanya sangat sedikit dari yang mengetahuinya.
Kami dapat melenyapkan mereka, itu sangat menyenangkan.
Jiwa-jiwa itu sangat peduli dengan dunia. Aku jadi kasihan dengan mereka, padahal dunia itu hanyalah mainan bagi kami. Suatu saat jika kami sudah bosan, akan kami lenyapkan juga.
Kami akan menggantinya dengan mainan lain yang lebih seru, tapi saying sekali kami belum mendapatkan idenya.
Tunggu kami ya, manusia. Karena kami akan datang untuk melenyapkan dunia.
Kenapa? Karena kami adalah tangan kiri Tuhan.
Jangan kesal ya, manusia yang manis.  Ini menyenangkan kok. Kalau mau, kalian boleh bergabung dengan kami.
Jangan lupa sekarang siapkan pikiran kalian. Jangan sampai cerita ini mengubah keyakinan kalian ya, karena manusia tidak akan bisa memahami Tuhan dan Iblis, sampai kematian menunjukkan kebenaran yang sangat ingin kalian ketahui.
Tapi, aku yakin kalian akan menyesalinya
Oh iya, aku jadi ingat seluruh manusia menangis saat kematian memberitahu kebenaran dalam hidup mereka. Kenapa ya?
Padahal saat itu hasil dari permainannya diberi tahu dan mereka juga akan diberi hadiah. Yah, apa boleh buat..
Sedikit penjelasan untuk kalian, saat manusia mati, nilai mereka diberitahu oleh kematian, dan mereka masing-masing dapat hadiah.
Hadiah ini spesial, karena ini sebagai pengharagaan untuk manusia yang pantas mendapatkannya. Dan hampir seluruh dari manusia yang mati itu bisa bermain dengan ular dan burung api milikku.
Manusia itu tidak mau bermain dengan peliharaanku.Mereka menangis dan meraung-raung sebelum menyentuhnya.
Manusia itu tidak mau mengerti.
Padahal mereka lucu dan menggemaskan kok, kalian mau kan ikut main? Mereka suka bermain dengan jiwa-jiwa itu seperti anak kecil.
Kalian tidak perlu tahu tentang keberadaaan kami, kok. Tapi aku ingin mendengar pendapat kalian tentang kami.
Menurut kalian, apakah kami ini? Jangan dipikirkan terlalu keras, ya! Karena aku kasihan dengan otak kalian.
Nah, sekarang duduk yang manis! Karena sekarang aku akan mulai membacakan sebuah cerita.
Eh.. mulai dari  mana ya.. Nah, ini saja!
Kisah ini adalah petualangan pertamaku sebagai bagian dari tangan kiri Tuhan! Ini akan jadi kisah pertamaku yang terbaik!
Baiklah! Uhm, ehem!
Saat itu aku masih manusia normal. Aku adalah anak dari seorang pedagang keliling, aku dan keluargaku selalu mengembara ke berbagai daerah dengan karavan.
Berbagai kota telah kami lalui, dan beberapa Negara telah kami singgahi.
Saat aku berumur 10 tahun, orang tuaku berhenti menjadi pedagang keliling. Mereka memilih membeli beberapa bidang tanah dan menjadi petani juga peternak sapi dan domba. Kami punya lahan yang sangat besar, dengan banyak ternak, keluargaku pun menjadi sebuah keluarga yang sangat berkecukupan.
Tapi aku rindu dengan petualangan kami dulu. Aku rindu melihat suasana baru, bangsa-bangsa yang baru, pemandangan yang jarang terlihat, dan aku sangat suka mengumpulkan informasi untuk kutulis ke dalam jurnal petualanganku.
Apa lagi, melihat perempuan-perempuan cantik dari berbagai negeri. Ah, aku sangat tidak sabar menanti hal itu.
Untunglah orangtuaku mengerti dan mau membiarkanku pergi. Di umur 16 tahun, aku pergi menggunakan karavan orang tuaku. Aku sangat bahagia dengan perjalanan pertamaku, walaupun aku juga sedih karena harus berpisah dengan orang tuaku.
Lalu tentang kisah ini, kalau tidak salah saat aku dan istriku berumur 25 tahun, kami adalah pasangan muda yang sudah 2 tahun menikah.
Sejak kecil aku sudah menjelajahi berbagai daerah bersama papa dan mamaku. Sangat menyenangkan pergi ke daerah lain yang terlihat baru bagiku, dan karena itu sejak kecil aku mempelajari berbagai bahasa dari negeri-negeri yang aku kunjungi.
Dalam perjalanan yang jauh, mengendarai karavan memang melelahkan, tapi kelelahan itu akan terbayar dengan pemandangan yang indah dari tempat yang kau kunjungi. Apa lagi jika kau menikmatinya bersama orang-orang yang kau sayangi. Untunglah aku bisa menikah di usia yang muda.
Nah, waktu itu kami singgah di daerah Dan, daerah ini terletak di sebelah selatan Gunung Hermon. Tepatnya di kaki gunung Hermon.
Pemandangan dari puncak Gunung Hermon tidak akan dapat kau lupakan jika kau sudah melihatnya. Dari kaki gunungnya saja sudah sangat indah, dan lebih lengkap bersama udara segar dan sejuk khas pegunungan
Di pagi hari, embun yang jatuh membasahi rumput dan bunga-bunga yang mekar, kau dapat melihat matahari fajar yang sangat indah. Jika kau beruntung, di awal musim semi, kau akan dapat melihat pelangi yang menghiasi gunung itu saat kabut perlahan-lahan hilang, bersama padang bunga yang masih segar di pagi hari.
“Sayang sekali ini bukan musim semi, Lamia” kataku.
“Ya, mungkin kita dapat melihat pemandangan di Gunung Hermon yang kau katakan waktu itu”
“Haha, kau sangat ingin melihatnya? Kita bisa ke sana dengan menginap di Dan tahun depan”
“Ya, mudah-mudahan sempat ya”
“Aku akan membawamu ke sana tahun depan. Aku janji”
“Asal kau jangan bersumpah kepada Tuhan kau akan membawaku ke sana, Ragor” kata istriku.
“Jangan begitu, setidaknya berpikirlah positif tentang keinginanmu itu”
Lalu kami selesai menyiapkan dagangan kami di Dan, bersama karavan yang lain. Kami menjual buah dan beberapa perlengkapan. Kami tidak berani menjual anggur, karena harganya yang mahal bisa menghanyutkan nyawa kami dalam perjalanan.
Rempah-rempah dari daerah selatan saat itu sangatlah mahal, konon kau bisa dapat rumah mewah dengan tanah yang sangat luas bila kau menjualnya sedikit saaja. Tapi kami tidak mau menjual anggur dan rempah-rempah, bisa-bisa para penyamun akan membunuh kami untuk mengambilnya.
Karena saat itu nyawa manusia lebih murah dibandingkan dengan segenggam rempah-rempah dan satu gentong anggur.
Hari itu, pelanggan kami lumayan, tidak banyak memang yang terjual, karena yang membeli hanya penduduk Dan yang sedikit, dan beberapa pengembara. Lalu seperti biasa, hari mulai menjelang malam, dan aku segera menutup stan.
“Berapa harga gandum-gandum ini, tuan?” tiba-tiba seorang laki-laki bertanya padaku, sepertinya dia seorang cendekiawan.
“Satu keping emas (dirham, kurang lebih sama dengan satu dinar) untuk satu karung, harga ini khusus untukmu anak muda. Apa kau seorang cendekiawan?” kataku.
“Ya, tuan. Tapi aku hanya punya 50 duit tuan” (duit = mata uang Yunani, sama dengan dua sen)
“Kau tidak punya dirham? Darimana kau berasal?”
“Sidon, tuan. Aku sedang dalam perjalanan ke Betel.”
“Oh, baiklah, kau boleh dapat 1 cupak (satu liter atau kilo). Tapi anak muda, kalau kau memberi informasi yang bagus, aku akan beri dua cupak lagi dengan harga 80 duit.”
“Sodom akan mengadakan festival tidak lama lagi, tuan.”
“Apa ada yang lain anak muda?”
“Seorang pria tua sedang mengutuk Asytarot dan Baal, tuan. Sepertinya akan ada bencana di daerah itu, tuan”
“Hmm.. Yang lain?”
“Aku mendengar gosip tentang para penyembah Beelzebul (diyakini sebagai pemimpin para Iblis). Aku dengar para Baal adalah para bangsawan di Sodom, tuan.”
“Darimana kau dapat informasi itu?”
“Orang-orang bilang pria tua itu juga berkata tentang Sodom, dia berencana kesana juga untuk mengutuk Bera dan seluruh kota, tuan”
“Apa kau percaya rumor?”
“Tidak terlalu, tuan. Tapi akan lebih baik kalau kita berjaga-jaga dengan memanfaatkan informasi yang ada.”
“Aku suka denganmu, anak muda! Kau pantas jadi cendekiawan! Ambilah dua cupak tepung gandum ini dengan 80 duit, khusus untukmu! Oh iya, siapa namamu?”
“Griadole, tuan”
“Baiklah, Griadole, aku akan ke Sodom. Namaku Ragor. Semoga kita bertemu lagi” lalu aku memberi 2 kantung tepung itu padanya.
“Terima kasih, tuan”
“Oh, tidak usah berterima kasih. Griadole, itu informasi yang bagus.”
“Apa kau punya istri tuan?”
“Ya, dia cantik kan?”
“Berhati-hatilah di Sodom, tuan. Beelzebul disembah para Baal yang sangat meninggikan kesuburan”
“Hahaha.. ya, setidaknya aku punya nyali untuk menghadapi itu.” Aku berbalik menaruh uang ini ke kotak.
“Ya, memohonlah keselamatan kepada Tuhan, selagi tuan masih muda”
Lalu dia pergi, aku tidak melihat lagi dia lagi, jejaknya, karavan, kuda, atau kereta kuda tidak terlihat di sepanjang jalan dari arah anak itu datang. “Cepat sekali dia pergi, mungkin dia sedang buru-buru” gumamku.
 “Ada apa sayang?” kata istriku.
“Tidak, tadi ada anak laki-laki yang menarik, aku menjual tepung gandum padanya dengan 80 duit”
“Itu sangat murah sayang, tapi aku tidak mendengar apapun dari tadi”
“Hah? Ya, tidak apa lah, dia memberi informasi yang sangat bagus untuk kita. Oh, iya, besok kita akan pergi ke Sodom”
“Kenapa besok kita ke Sodom?”
“Sebentar lagi di sana akan ada festival, itu kesempatan bagus untuk berdagang. Oh, apa kau mau menikmati festivalnya juga?”
“Ya, tapi aku rasa kita akan repot saat festival nanti”
“Tenang saja, aku akan berusaha menutup stan lebih cepat untukmu”
“Aku tidak ingin merepotkanmu, karena aku ingin selalu di sisimu untuk mendukungmu”
“Terima kasih, semoga saja hidup kita selalu damai. Semoga Tuhan mau mendengar permohonan kita ini.”
“Ya, sekarang sudah saatnya tidur”
“Tidurlah duluan, langit malam ini sangat bagus”
“Memohonlah agar aku selalu awet muda bersamamu, kalau ada bintang jatuh”
“Aku tidak percaya tentang hal yang tidak logis itu, kecuali Tuhan, aku takut dengan murkanya.”
“Setidaknya cobalah”
“Baiklah”
ῲ ῲ ῲ ῲ
“Sayang, kau tidur sangat lelap, kau ketinggalan fajarnya” kata istriku.
“Oh, maaf. Hoaahmm.. apa sudah siang?”
“Belum, baru saja fajarnya selesai”
“Ayo mandi, perjalanan masih beberapa hari lagi, baru sampai di Sodom” aku langsung mengambil baju ganti.
“Mau mandi bersama?” istriku memelukku dari belakang. Ya, dia ingin menggodaku.
“Tidak, aku akan mandi sendiri. Kita akan mandi di pemandian penduduk Dan, tidak baik mandi di sungai. Siapa nanti yang jaga karavan kalau kita mandi di sungai?”
“Baiklah, aku duluan ya.”
“Ya, cepatlah” kataku, lalu aku mengambil sebotol anggur pergi ke sungai
Di sungai itu aku melihat seorang pria tua sedang istirahat, dia duduk di tepi sungai dan merendam kakinya. Kelihatannya dia sedang lelah berjalan. “Kau mau minum pak tua?” aku duduk disebelahnya dan menawarkan anggur.
“Tidak, aku mudah mabuk kalau minum anggur”
“Oh, baiklah. Kau sepertinya sedang istirahat pak tua, kau mau kemana?” kataku.
“Aku mau ke Sodom”
“Oh, sama, aku juga, kau mau ikut denganku?”
“Terima kasih, aku sangat tertolong”
“Kalau begitu, mandilah sekarang pak tua. Badanmu bau” lalu aku melepas pakaiamku dan menceburkan diriku ke sungai.
“Apa benar aku boleh ikut denganmu?” lalu dia ikut mandi bersamaku.
“Ya, tentu saja. Karavannya tidak banyak orang dan muatan kok”
“Sebaiknya kau jangan berlama-lama di Sodom”
“Aku berniat pergi setelah festival. Oh, maaf aku lancing, kalau aku boleh tanya, apa urusanmu  di Sodom pak tua?”
“Aku ingin menyelidiki kota Sodom, aku ingin menyelidiki kebenarannya” raut wajah pak tua serius.
Sepertinya menarik, aku juga ingin tahu.
“Namaku Ragor, pak tua. Siapa namamu?”
“Abraham” dia menjawabnya dengan senyum.
“Eh.. pak Abraham. Boleh aku memanggilmu Abraham saja?”
“Tentu”
“Aku akan membantu menyelidikinya, bagaimana?”
“Apa yang kau inginkan?” katanya.
“Tidak ada, aku hanya ingin informasi, dari kata-katamu sepertinya akan ada informasi yang menarik”
“Tidak usah, sebaiknya kau jaga saja istrimu”
“Darimana kau tahu aku punya istri?”
“Dari tingkah lakumu yang memanggil pak tua ini dengan tidak sopan” katanya.
“Oh, aku minta maaf”
Setelah mandi, aku dan Abraham menuju ke karavan, aku tidak jadi pakai baju gantiku tadi. Aku pinjamkan baju gantiku ke orang itu, dan aku ganti baju di karavan.
“Lamia, ada orang yang akan menumpang dengan kita ke Sodom, namanya adalah Abraham, ini dia orangnya” aku memperkenalkan Abraham ke Lamia.
“Baiklah, pak Abraham, tolong kerjasamanya ya” kata Lamia kepada Abraham.
“Ya, tentu saja itu suatu kehormatan bagiku. Aku berterima kasih atas kebaikanmu, nona”
“Reaksimu ke aku kok beda Abraham?” tanyaku
“Sayang, kau tidak boleh memanggil seseorang yang lebih tua seenaknya. Tolong maafkan sikapnya yang tidak sopan ini pak”
“Hahaha.. santai saja nona, tidak usah terlalu formal, panggil saja aku Abraham” pak tua itu tersenyum.
“Eh? Baiklah kalau begitu Abraham”
“Semua sudah siap, kalau sudah kita berangkat sekarang” kataku.
Seetelah itu kami berangkat ke Sodom. Di perjalanan kami mulai berbincang.
“Apa yang kau curigai Abraham? Aku juga mendengar rumor dari seorang cendekiawan, apakah tentang Baal di Sodom?”
“Benarkah itu? Yang jelas jika aku mendapat kebenarannya dan semua orang kota itu bersalah, maka kota itu akan lenyap!”
“Wow, apa Yehuda akan menyerang Sodom habis-habisan?”
“Lebih buruk dari itu, negeri itu akan hilang dari peradaban”
“Apa Persia dan Roma akan ikut? Bangsa apa yang akan melenyapkannya?”
“Seluruh bangsa akan takut, mereka akan jadi gila dan mereka tidak akan pernah mau keluar dari kamar mereka jika mereka melihatnya. Karena itu seluruh bangsa tidak boleh melihatnya”
“Wow, ini sangat hebat, pemusnahan secara diam-diam. Baiklah aku ikut. Apa kau punya rencana pak tua?”
“Tidak, aku serahkan semua itu kepada Tuhan”
“Ya, kau orang yang sangat taat. Tapi setidaknya, kau tidak boleh menyia-nyiakan nyawa pemberian Tuhanmu itu”
“Kau benar, bantu aku”
“Oke, begini rencananya. Aku akan menyebarkan gosip bahwa akan ada orang yang ingin mengutuk Sodom, aku akan meyakinkan mereka dengan menambahkan cerita tentang Baal dan Asytarot, dan juga gosip bahwa raja Bera akan mati oleh orang itu. Pokoknya kita buat seluruh penjaga lebih fokus menjaga gerbang dan mengawasi daerah di luar tembok”
“Lalu?”
“Kau akan bersamaku, aku akan bilang kalau kau itu kakekku, jangan mencolok. Kita akan mendapat kepercayaan dari penjaga dengan memberi informasi, lalu kita beri uang pada penjaga malam, karena yang mengawas jalan waktu malam pasti sangat sedikit. Kita akan beralasan pergi ke bar untuk minum-minum dan sedikit bersenang-senang dengan wanita”
“Eh.. aku orang yang tidak suka mabuk dan bermain dengan perempuan lain selain istriku”
“Itu hanya alasan, tentu saja kita menyelinap ke berbagai tempat penting untuk menemukan kebenaran yang kau butuhkan”
 “Oh, baiklah, aku setuju, rencanamu hebat juga”
“Memangnya kau punya rencana apa?”
“Mengirim orang ke sana untuk mengintai, memasukkan mereka sebagai penjaga atau pura-pura jadi bangsawan, lalu pergi berhadapan langsung dengan Bera”
“Kau membuatku kesal! Rencanamu itu jelas lebih hebat! Juga butuh uang yang sangat banyak! Kau gila! Aku tidak mampu jadi seperti itu!”
 “Hoo.. kau kurang pengalaman ya? Sudah, duduk saja dengan manis saat kita sampai di Sodom. Oh iya, jaga istrimu itu, jangan sampai kau melepaskan penjagaanmu!”
“Ya, kau megatakannya dua kali. Apa sebenarnya yang akan terjadi?”
“Orang-orang luar yang ikut terjerat akan musnah, baik tubuh maupun jiwanya. Aku sudah memperingatkan dua kali ya? Kalau begitu jangan sampai kau menyesal, nak!”
“Baiklah pak, kalau begitu aku akan menjaga jarak”
Hari ini menjadi hari yang sangat panjang, entah kenapa perjalanan hari ini sangat lancer, kuda-kuda terasa berlari lebih cepat. Untung kami sudah sampai di Danau Galilea.
“Kita tidur dulu, besok siang kita akan sampai di Sodom” kataku.
“Aku akan menjaga karavan” kata Abraham.
“Tidurlah duluan, Lamia” kataku
“Baiklah” Lalu aku berbaring bersamanya, tidak lama setelah itu dia tertidur pulas. Aku bangun dan menuju bagian depan karavan, mengobrol bersama Abraham.
“Bagaimana wanita dan anak-anak dsana?”
“Semuanya, baik pria maupun wanita, anak-anak, para budak, bangsawan, raja-raja, penjaga, pedagang, orang asing yang berdiam disana, serta para binatang tidak akan diberi ampun”
“Bukankah itu berlebihan!? Bahkan anak-anak juga!”
“Yang benar akan diselamatkan, yang bersalah akan dimusnahkan”
“Termasuk bayinya juga!?”
“Ya, mereka mungkin akan mewarisi sifat orang tua mereka”
“Itu hanya mungkin! Aku tidak akan bisa menerima itu”
“Ketika kau dan aku melihat kebenarannya, semua keputusanmu akan jelas”
“Tapi..”
“Selamat tidur”
“Sialan kau pak tua!” setelah itu aku memandang langit yang penuh bintang. Kenapa mereka ingin menghabisi semua termasuk bayinya juga? Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Semoga semua berjalan baik.
Lalu, aku tertidur. Pagi-pagi sekali Abraham membangunkanku.
“Fajar sudah tiba, sebaiknya kita berangkat”
“Aku bangunkan dulu istriku” lalu aku menuju bagian belakang, dia masih tertidur pulas, bahkan saat tidur, kecantikannya sangat menggoda.
“Ragor..” dia memimpikanku saat tidur. Oh, dia manis sekali. “Pakailah bajumu.. dan.. celana itu bukan dipakai di kepala.. kau.. oh.. jangan ragor.. aauhh..” kaau mabuk..”
Sedang apa aku di dalam mimpinya?
“Gawat juga kalau kau sampai mabuk” Abraham menatapku.
“Aku tidak pernah begitu!”
“Hooaahhmm.. sudah pagi sayang?” Lamia terbangun
“Ah? Sudah. Ayo bersiap-siap, kita akan segera berangkat”
“Kalian tidak mau makan?” Lamia menawarkan makanan kepada kami
“Kami akan makan nanti di perjalanan”
“Kau yakin? Setidaknya makanlah makanan buatan istrimu ini. Rasanya enak sekali nona”
“Ya, aku ambil satu. Ayo pergi sekarang”
Lalu kami berangkat menuju sungai Yordan.
ῲ ῲ ῲ ῲ
Setelah menyusuri sungai Yordan, kami sampai di dekat gerbang kota Sodom. Lalu aku berbicara kepada Abraham “Kalau aku menjual informasi, tentang seseorang yang akan datang mengutuk Sodom dan membunuh raja Bera, apa kau setuju? Sepertinya mereka belum tahu”
“Apa itu menguntungkanku?” kata Abraham.
“Tidak tahu, tapi penjagaan di dalam kota akan mengendur sedikit”
“Lakukanlah, jangan mengecawakanku”
“Kau anggap aku apa, pak tua? Santai lah”
“Seharusnya itu kau, nak. Mau lihat aksiku?”
“Hei, besok lusa akan ada festival, bergeraklah cepat”
“Kalau begitu bantu aku”
“Oke, aku ikut”
Lalu kami berhenti di gerbang kota, aku turun dan berbicara dengan seorang penjaga gerbang “Hei, mau informasi bagus? Tapi ini tidak gratis”
“Apa maumu? Kau mau kutendang keluar dari sini, huh?”
“Kau yakin? Tapi ini berhubungan dengan nasib raja kalian”
Salah satu penjaga menarik kerah bajuku “Katakan sekarang!”
“Hei! Aku membayar mahal informasi ini dari orang terpelajar!”
 “Baiklah, 5 dirham” kata seorang penjaga.
“Aku mau 15 dirham” kataku.
“8 dirham” dia menawar lagi.
“10 dirham, atau tidak sama sekali!”
“Baiklah, ini uangmu! Jika informasi tak berguna, kau tidak boleh masuk karena telah bermain-main dengan prajurit Sodom!” lalu dia melemparkan kantung berisi dirham, uangnya pas.
“Baiklah! Seorang pria tua dengan tongkat telah membawa bencana ke Asytaroth, membawa kematian bagi para penyembah Beelzebub, dan orang itu tak bisa dibunuh”
“Siapa pria tua itu?” kata seorang penjaga, dan para penjaga lain memperhatikan dengan serius. Mereka cemas dengan kabar ini? Seharusnya mereka mengaggap hal ini tidak penting dan segera menendang pantatku keluar dari gerbang. Sepertinya negeri ini terlibat dengan para Baal.
“Aku tidak tahu dengan pria tua itu, tapi kudengar dia sepertinya sangat disayang oleh Tuhan, Dewa orang-orang Yehuda”
“Tcih! Orang Yehuda, huh!? Mereka memang pembawa sial bagi negeri kita!” rupanya mereka bermuka dua, huh? Di depan orang-orang terkemuka, mereka bersikap manis dan memuji kehebatan orang Yehuda. Ternyata ini wajah asli mereka, informasi bagus bagiku dan orang-orang Yehuda.
“Hei! Apa ada yang lain lagi!? Jika itu benar, apa Yehuda akan menaruh tungku dengan minyak apinya ke kota ini!?” kata seorang penjaga yang lain, lama-lama tambah banyak penjaga yang berkumpul di sini.
“Ya! Setelah Asytarot, dia akan menuju kota-kota sepanjang sungai Yordan, tapi dia tidak membawa satu orang pun bersamanya”
“Jangan-jangan orang itu adalah Abraham! Dia orang kesayangan Dewa orang Yehuda!”
“Abraham?” kataku. Ternyata orang itu.. oh, tidak..
“Apa kau mengenalnya!?”
“Tidak, yang kudengar namanya bukan Abraham. Dari pada itu, kalian seharusnya memperketat penjagaan di bagian luar, jika perlu sampai ke batas kota seberang”
“Kami tidak butuh saran darimu!”
“Kalian harus menyingkirkan orang itu secepat mungkin, jika raja mendengar informasi ini, kalian tidak punya waktu untuk istirahat lagi, bahkan untuk bersenang-senang saat festival, bukankah aku benar?”
“Tcih! Kau benar! Kami akan menghabisinya sebelum festival! Semua prajurit harus berjaga di luar! Jangan sampai raja tahu soal ini! Mari kita segera beritahu yang lain! Terima kasih atas informasi mu, kami berhutang padamu, jika kau butuh sesuatu, katakan kau adalah teman baik kepala pasukan penjaga, Tyris.” kata seorang penjaga yang lain.
“Tyris?” tanyaku.
“Ya, apa ada maslah lain?”
“Tidak. Namaku Ragor, aku seorang penjelajah”
“Pengembara? Tapi dari pakaianmu, cincin emasmu dan pedangmu, kau terlihat seperti seorang saudagar!”
“Ah, itu karena keluargaku. Ngomong-ngomong, kenapa pakaian kalian semua sama?” kataku.
“Tentu saja karena ini baju zirah, bodoh! Cepat masuk! Jangan sebarkan informasi barusan, nak!”
“Baiklah, pak. Aku mau menikmati festival dan tinggal disini bersama istriku, kami menumpang dengan seorang pedagang tua yang sangat baik” kataku, sambil menunjuk ke arah karavan.
“Kalau kau berencana menikmati festival di kota ini, kau kuberi izin untuk menginap di hotel terbaik di kota ini! Katakan saja kau temannya Tyris!”
“Terima kasih, pak!” lalu aku segera pergi ke karavan.
“Mereka terlihat marah, apa yang kau laakukan?” kata Abraham.
“Istriku tidak terlihat oleh orang lain kan?”
“Tidak, tenanglah, kau terlihat pucat” Abraham mencoba menenangkan perasaanku.
“Abraham, kita akan menginap di penginapan untuk sementara, karavan akan dijaga oleh petugas penginapan. Oh, namamu juga segera kita ganti dengan Eldore, beritahu istriku kalau itu nama aslimu.”
“Kenapa buru-buru?”
“Kita akan bicarakan hal itu nanti, pak tua”
“Oh, jadi kau sudah tahu?”
“Nanti saja” kataku.
Kami segera masuk ke dalam kota, lalu kami berkeliling sebentar. Aku tercengang begitu melihat kota ini untuk pertama kalinya. Tidak kusangka, ternyata kota ini sangat menakjubkan.
Di dalam kota itu bukan hanya bangunan kerajaannya yang megah, tapi banyak gedung yang terlihat kokoh dari batu-batu, bagiku terlihat seperti benteng kecil, dan mereka membuat lubang pengairan yang bersih di sepanjang pinggir jalan, juga tidak ada budak maupun pemukiman kumuh.
“Kenapa kota yang sangat damai dan seindah ini akan dimusnahkan? Terlebih lagi, anak-anak mereka juga?” aku berbisik kepada Abraham.
“Diamlah. Karena itu aku mau mencari tahu kebenarannya”
“Aku akan membantumu, dan ini juga akan kurahasiakan dari istriku”
“Awasi saja istrimu, nak. Sudah tiga kali aku memperingatkanmu”
“Ah, aku benci jika kau yang harus melarangku”
Padahal semua nampak normal, semua penduduk tidak bersikap aneh, ataupun mencurigakan. Hanya para penjaganya saja yang baru kutahu, dan dari reaksi mereka, aku rasa para bangsawan dan kerajaan sepertinya juga bersikap sama. Aku berpikir raja mungkin saja melibatkan seluruh penduduknya dalam kesalahannya yang sedang kami selidiki ini.
Setelah itu kami segera menuju penginapan yang lumayan kabarnya. Kami langsung memesan kamar.
“Bisa beri kami kamar yang pantas?”
“Oh, baiklah, satu kamar untuk 3 orang, kami punya kamar terbaik dengan tarif 5 dirham-”
“Dua kamar! Tyris menyuruhku ke sini, kalau bisa di lantai paling atas, aku ingin melihat pemandangan bersama istriku, dan pak tua ini, tolong kamarnya di sebelahku”
“Baiklah, tarifnya-”
“Apa Tyris tidak memberitahu sesuatu tentangku? Buatlah tarif yang murah untukku!”
“Apa kau teman si kepala pasukan itu?” kata seorang tua botak dengan janggut coklat panjang yang di kuncit.
“Apa maksudmu dengan “itu”? Jangan main-main dengan temanku.” kataku.
“Ah, tolong maafkan aku atas kelancanganku, apa kau baru pertama kali ke Sodom?”
“Ya. Aku seorang petualang dan aku menumpang karavan pak tua itu” kataku, sambil menunjuk Abraham. Lalu Abraham membungkuk memberi hormat ke orang itu.
“Ini kesempatan yang bagus, sebentar lagi akan ada festival untuk memperingati dewa kami. Setelah kau menikmati festival, kau akan tertarik untuk tinggal di kota ini, anak muda!”
“Ya, aku sedikit tertarik dengan kota yang terkenal ini, tapi aku masih baru di sini, aku butuh banyak informasi tentang kota ini. Maukah kau membantuku?”
“Tentu saja! Itu suatu kehormatan bagi kami memperkenalkan kota kami sendiri kepada para tamu”
“Tamu? Apa maksudmu? Tyris hanya memintaku berkunjung” raut wajahku jadi serius, karena barusan dia membuat pernyataan yang aneh.
“Uh.. kau tahu, orang asing tidak boleh sembarangan masuk ke kota ini, karena.. raja bilang mereka akan merusak kota”
Aku menghampirinya dan menatapnya dengan geram “Merusak kota? Jadi orang-orang kalian berpikir orang sepertiku ini adalah perusak kota?”
“Tidak! Aku mohon ampun! Bukan maksudku berkata begitu! Aku tidak punya maksud buruk!”
Lalu aku berbalik kepada istriku dan Abraham “Ayo, kita pergi, aku akan bicara pada Tyris soal ini, ternyata kota ini mengecewakan sekali”
“Tidak! Tolong jangan katakan itu padanya, aku akan melakukan apapun!”
“Kami tidak butuh apapun! Aku jijik dengan orang kurang ajar sepertimu.”
“Tolong aku.. aku mohon, aku benar-benar akan melakukan apapun, kau boleh melakukan apapun kepadaku dan kau boleh mengambil anakku” dia bersujud padaku
“Anakmu? Memangnya siapa anakmu itu, sampai kau rela memberikannya padaku?”
Lalu dua orang gadis datang meghampiri pria botak itu “Ada apa ayah? Kenapa kau sampai bersujud sepert ini?” dan seorang gadis yang lebih muda menatapku “Tuan, apakah kesalahan ayahku, kepadamu?”
“Aku tidak tahu apa-apa tentang kota ini, dan dia baru saja menganggapku sebagai perusak kota” kataku.
“Maafkanlah kesalahan ayah kami ini, tuan! Kami akan berikan keperawanan kami untukmu” kata seorang gadis diantara mereka yang terlihat lebih dewasa.
“Eh? Aku tidak butuh keperawanan kalian, kenapa kalian sampai rela memberikan itu?”
“Kalau begitu apakah kau bersedia menjadikan kami ini sebagai pelayanmu?”
“Tidak, aku tidak butuh kalian. Baiklah, ayah kalian tidak akan diapa-apakan. Aku akan pergi sekarang”
“Tolong jangan! Jika Tyris mendengar kabar kalau kau meninggalkan tempat ini setelah aku menghinamu, apalagi kau mengasihaniku”
“Apa yang akan terjadi? Pergilah, aku tidak ada urusan lagi dengan kalian”
“Kau boleh menginap di sini semaumu gratis, Tuan! Tolong, terimalah juga dua gadisku ini menjadi budakmu!”
Lalu aku mengeluarkan pedangku dari sarungnya “Apa kau sudah gila!? Kau mau kutebas!?”
Tetapi dua anaknya itu langsung menghalangiku “Jangan tuan! Tolong terimalah permintaan ayah kami! Ini suatu kehormatan bagi kami!”
Apa-apaan dengan orang-orang ini!? Kenapa bisa dia memberikan anaknya kepada orang lain?
“Baiklah jika kau memaksa, tapi mereka harus bersumpah setia melayaniku selamanya dan memutus hubungan mereka dengan siapapun, termasuk dewa yang kau agungkan itu. Karena aku adalah seorang pengembara yang telah melihat banyak dewa-dewa yang disembah bangsa-bangsa, aku tidak percaya dengan dewa. Karena itu, anak-anakmu itu harus menyembahku melebihi dewa mereka!” aku mengatakan itu karena aku berharap dia tidak memaksaku untuk mengambil anaknya.
“Baiklah kalau begitu tuan, aku mengerti”
“Baguslah kalau kau mengerti” aku pikir aku berhasil menolak tawarannya
“Kami bersumpah di hadapan semua dewa untuk melayanimu dan menyembahmu, keberadaan dan nyawa kami hanya untukmu!” tiba-tiba dua gadis itu bersumpah.
Aku baru saja membuat kesalahan yang fatal.
“Eh!? Apa yang kau lakukan Ragor!? Aku sudah jadi istrimu! Apa kau sudah tidak puas lagi denganku!?” istriku membentakku, dia membuatku malu di depan umum.
Aku langsung dicap sebagai orang kaya hidung belang. Lebih parah lagi aku dianggap sebagai orang yang suka mengambil anak gadis yang cantik dari orang tua mereka.
Padahal semua awal yang kubuat tadi sangat bagus, sekarang malah jadi akhir yang buruk.
Aku melihat ke arah Abraham. Semoga dia mengerti sinyal “Tolong bantu aku!” yang kutujikan kepadanya.
Dia malah mengacungkan jempolnya kepadaku dan memasang wajah bangga. Dia salah paham.
“Eldore, bantu aku membawakan barang-barangku ke kamar, kalian para pekerja juga bantu membawakan barang-barang kami. Berikan aku kunci ruangan yang paling bagus di kamar ini!” aku sengaja mengalihkan pembicaraan. Aku langsung mengambil tasku dan kunci ruangan dari salah satu pekerjanya. Aku segera berjalan cepat ke lantai paling atas.
Saat aku masuk ke ruangan itu, aku sedikit bingung, kenapa dekorasinya seperti kamar untuk perempuan? Kamar ini penuh bunga, alat rias, dan barang-barang untuk perempuan.
“Sebelumnya ini kamarku, tuan, silahkan pakai sesuka anda” kata gadis pelayanku yang lebih tua.
“Sebelumnya? Dan kenapa kau mengikutiku?”
“Itu sudah jelas karena aku sekarang adalah milik tuan, maka seluruh kepunyaanku juga milik tuan”
Abraham langsung menepuk pundakku, dia terlihat bangga padaku. Sedangkan istriku tidak mau menatapku. Semuanya benar-benar tidak mengerti kalau yang barusan adalah kesalahpahaman.
“Kalau ini kamarmu, aku akan pindah ke kamar lain” kataku, lalu aku segera pergi ke ruangan sebelahnya.
Aku langsung membuka pintunya dengan kunci yang dibawakan pekerja disitu.
Ada satu pasangan yang sedang bercumbu di ruangan itu, aku membuat kesalahan kedua yang memperburuk reputasiku. Namun kenapa semuanya menatap ke arahku sesaat setelah pintunya terbuka? Tatapan mereka kearahku seperti mengatakan “Pria ini yang salah, bukan kami” atau “Kau laki-laki yang mesum”
“Usir mereka, segera pindahkan ke ruangan yang lain!” aku segera memerintahkan para pekerja, berusaha terlihat segagah mungkin untuk membuktikan kalau aku bukan orang mesum.
“Kamar-kamar ini punya kasur yang sangat besar ya?” Abraham langsung bilang begitu.
“Ya, sayang kalau hanya untuk tidur sendiri ya?” aku menanggapi ucapan Abraham barusan, aku bermaksud menyindirnya.
“Kami akan tidur denganmu, tuan” kata salah satu pelayanku itu.
Abraham menepuk pundakku, dia malah menatapku dengan takjub, dai tidak mengerti kalau barusan aku ingin mengejeknya.
“Oh, sepertinya menyenangkan ya, sa-yang?” istriku langsung mencetus.
“Ah, kau salah paham” kataku. “Baiklah, pelayan-pelayanku tidur di kamar mereka, aku tidur disini dengan istriku, dan Eldore, kau di ruangan sebelah, kalian jangan jauh-jauh dariku” setelah itu aku mengurus barang dagangan dengan Abraham.
“Rencana yang sangat bagus, kau mengingatkanku saat aku masih muda dulu. Kau benar-benar pria sejati, sama sepertiku” kata Abraham saat aku membantu menata barang-barang di ruangannya.
“Itu bukan rencana, dan aku tidak mau disamakan denganmu” cetusku.
“Jadi itu bukan rencana? Kalau begitu, kau benar-benar sama sepertiku waktu muda dulu”
“Sudah kubilang jangan samakan aku denganmu. Aku akan menjelaskan padamu tentang harga barang-barang ini dan cara kau menjualnya. Berusahalah menawar harga setinggi mungkin, jangan sampai jatuh dibawah harga yang aku tulis ini. Dan kau harus terlihat mempesona, tunjukan kharismamu untuk menarik pelanggan. Kau harus bisa akrab dengan para pembeli untuk menarik informasi dari mereka”
“Lalu kau bagaimana?”
“Aku akan berjalan dengan gadis-gadis itu untuk mencari informasi dari beberapa orang dan pedagang. Kami akan mengunjungi berbagai tempat”
“Istrimu?”
“Aku akan memintanya untuk bertanya pada pria botak itu, aku akan menyuruh pria botak itu agar tidak jauh-jauh darimu selama istriku mengobrol dengannya. Setelah dia selesai, dia akan membantumu. Istriku tidak boleh jauh darimu, jadi tolong awasi dia”
“Baiklah, aku akan berusaha semampuku.”
“Bagus, aku juga!” kataku, lalu aku pergi menuju ruanganku, dan saat aku mau tidur, istriku mencegahku.
“Kau tidak boleh tidur di kasur” ternyata dia masih marah setelah kejadian itu.
“Sudah kubilang kau salah paham, aku tidak bermaksud selingkuh, si botak iru yang memaksaku”.
“Oh,dengan mengatakan “mereka harus bersumpah setia melayaniku selamanya. Anak-anakmu itu harus menyembahku melebihi dewa mereka!” semua sudah jelas kan?”
“Bukankah kau lihat aku sudah menolak mereka sebisaku? Aku mengatakan itu karena aku berpikir jika pak tua itu masih normal, dia tidak akan setuju memberikan anaknya seperti itu”
“Baiklah, aku mengerti” dia tersenyum padaku, untunglah istriku mengerti.
“Terima kasih” lalu aku segera naik ke kasur, tapi istriku tetap mencegahku.
“Gak boleh, tidur tempat lain”
“Baiklah, aku akan tidur dengan gadis-gadis itu jika kau tidak mau tidur denganku.”
“Tidak boleh! Kau tidak boleh keluar dari ruangan ini saat aku tidur!” dia benar-benar keras kepala
“Kalau begitu, tidurlah bersamaku”
“Aku tidak mau”
“Baiklah, aku keluar”
“Baiklah!” akhirnya dia mengalah juga.
Lalu aku menjelaskan pada istriku tentang hal-hal yang harus dilakukannya besok. Aku juga mengatakan padanya kalau nama asli Abraham adalah Eldore, dan dia harus memanggilnya dengan nama itu.
Setelah itu aku memeluknya dengan erat. “ouh, lepasin Ragor” katanya. Tentu saja aku tidak melepaskannya, sampai aku benar-benar tertidur.
Pada pagi harinya, aku membantu Abraham mempersiapkan karavan untuk berjualan, lalu aku mengobrol berdua dengan si botak pemilik penginapan itu.
“Hei botak, kalau kau mau memberikan anak-anak gadismu padaku, berarti kau punya banyak anak kan? Tapi aku tidak melihat yang lain, kemana mereka?”
“Tidak, aku hanya punya mereka berdua”
“Oh.. Eh!? Kalau begitu ambil kenapa kau memberinya padaku!? Siapa yang akan menjadi penerusmu?”
Lalu dia berhenti, dan dia menatapku. Dia terlihat serius sekarang.
“Kalau begitu,maukah kau yang menjadi penerusku?”
“Ha? Apa maksudmu? Aku sudah punya istri, dan aku tidak suka mengurus bisnis seperti ini. Aku lebih suka pergi ke negeri yang baru, dan mencari hal-hal baru. Dan setelah aku punya anak, aku dan keluargaku akan hidup damai mengurusi ternak dan menikmati pemandangan padang rumput yang luas, lalu aku akan membuat anakku kagum dengan cerita orangtuanya sewaktu muda”
Si botak itu tersenyum “Orang-orang muda memang suka hidup bebas. Aku jadi iri denganmu”
“Kalau begitu kenapa kau memilih tinggal di kota ini? Kau punya penginapan, berarti uangmu banyak kan?”
“Meskipun uangku banyak, tapi bukan hanya uang yang diperlukan untuk hidup bebas sepertimu”
“Lalu?”
Dia lalu berbisik padaku “Kalau begitu, maukah kau membawa anak-anakku? Jika kau tidak bisa menikah dengan mereka, setidaknya buatlah anak dari mereka”
“Otakmu sudah sinting! Aku tidak sebejat itu, bodoh! Kau benar-benar mau mati hah?”
“Karena itulah aku ingin kau menjadi suami dari anak-anakku. Kau adalah orang yang pantas. Kau memiliki kecerdasan dan mampu mengendalikan situasi, kau setia dan bertanggung jawab. Dan yang paling penting darimu adalah kau rela mengorbankan nyawamu”
“Apa yang kau tahu tentangku? Lagipula banyak laki-laki disini yang lebih baik dariku”
“Jika memang begitu aku tidak akan memohon padamu. Jika kau bejat, kau pasti akan langsung menerima tawaranku tadi, atau kau akan memaksa untuk mengambilnya kan? Tapi menurutmu kenapa aku melakukan semua kebodohan itu?”
“Hah? Melakukan semua kebodohan itu? Memohon? Jadi kau berpura-pura?”
“Tentu saja, menurutmu kenapa mereka aku suruh untuk memakai jubah keperawanan?”
“Kau.. jangan-jangan kau tahu aku berbohong? Dan apa itu jubah keperawanan? Kau harus jelaskan padaku apa yang terjadi dengan kota ini”
“Jubah keperawanan adalah tanda seorang gadis benar-benar perawan, ketika usianya 17 tahun, mereka akan memberi keperawanan mereka di hari penyambutan dewa. Kau tahu siapa dewanya kan?”
Aku langsung terkejut, pak tua botak itu bisa menjebakku “Kau.. Baal. Breengsek! Berarti istriku dalam bahaya!”
“Jangan gegabah. Karena ini aku ingin kau membawa anak-anakku, aku akan memberikan segalanya untukmu”
Lalu kedua pelayanku itu datang, mereka tidak lagi memakai jubah. Aku segera menghentikan obrolanku dengannya.
“Baiklah, aku akan membawa mereka, kau bisa mengandalkanku. Aku akan berjalan-jalan sebentar, kita akan bercerita nanti malam”
Setelah itu aku berjalan bersama kedua gadis ini, dan aku mulai mengobrol mereka.
“Aku belum tahu nama kalian” kataku.
“Namaku Myria, tuan” kata gadis yang lebih tinggi, sepertinya dia yang paling tua.
“Aku Crisale, tuan” kata gadis yang lebih pendek.
“Ah, jadi Myria yang lebih tua, dan Crisale anak bungsu?”
Mereka tertawa kecil “Hihi, semua juga berpikir begitu, tapi akulah yang lebih tua, tuan” kata Crisale.
“Hahaha, benarkah? Aku bahkan tertipu. Baiklah Crisale dan Myria, tidak usah bersikap formal jika hanya kita yang berbicara, panggil saja aku Ragor”
“Baiklah, tu- eh, maksudku, Ragor” kata Myria
“Haha, kau harus terbiasa mulai sekarang Myria! Karena kalian menajdi pemanduku di kota ini” kataku. Tidak kusangka kami tertawa dan berbicara sehangat ini.
Kami berjalan-berjalan sambil sesekali bercanda, mereka terlihat sangat berbeda daripada saat aku melihatnya di penginapan. Entah mengapa wajah mereka terlihat lebih bersinar.
Maksudku, senyuman mereka lebih menawan dari sebelumnya. Mereka benar-benar terlihat bahagia, apa mereka belum pernah merasakannya?
“Hei, Tyris menyuruhku bilang pada penduduk di sini kalau aku temannya. Memangnya kenapa dengan dia? Semua orang tampak menghormatinya, atau lebih terlihat kalau mereka takut dengannya”
“Itu karena Tyris adalah pemimpin pasukan kota ini. Menurutmu dia itu orang seperti apa Ragor?”
“Dia itu tidak terlihat seperti seorang pemimpin. Dia bersikap sama seperti pasukan lain, cerewet dan pemarah, seperti seorang ibu tua kepada anaknya”
“Ya, mungkin kau benar Ragor” Tyris menyahut dan menyambutku. “Kau tahu, menjelekkan nama orang lain dari belakang itu tidak baik kan?”
“Ya, tapi aku tidak melakukannya Tyris, aku hanya mengatakan pendapatku saja. Lagi pula aku mengatakannya di depanmu. Ngomong-ngomong, ini para pelayanku, Myria dan Crisale. Mereka cantik kan?” aku memperkenalkan mereka berdua ke Tyris.
“Seingatku tadi kau tidak bersama perempuan Ragor”
“Hee.. menurutmu aku bagaimana? Aku ini pria, kau tahu” lalu aku meliriknya dan berbisik padanya “Ssstt, kau mau tahu caranya? Kau mau satu? Aku bisa dapatkan untukmu”
“Tidak, terima kasih”
“Oh, jadi kau mau dua? Tiga? Atau lima?
“Tidak, aku tidak tertarik”
“Astaga, jangan-jangan kau suka dengan laki-laki!?”
“Jaga mulutmu, atau aku akan menghajarmu”
Lalu istriku datang bersama si tua pemilik penginapan. “Ragor, sayangku!” istriku berlari menghampiriku dan langsung memelukku. Aku melirik Tyris dan tersenyum meremehkan. Tyris terlihat kesal.
“Sayang, Eldore sangat hebat! Dia menjual semua barangnya! Dan dia menjualnya di atas harga yang sudah ditentukan!” kata istriku.
“Nah Tyris, perkenalkan, ini Lamia. Lamia, ini Tyris” kataku.
“Aku Tyris, pemimpin pasukan Sodom. Salam kenal, nona”
“Oh, kau Tyris? Kau terlihat lebih muda dari yang kukira! Kau sangat hebat!” kata istriku
“Tidak nona, aku hanya bekerja sesuai aturan saja” dia mulai merendah di hadapan perempuan, dasar kaku.
“Hahaha, kau sudah berusaha sangat keras ya, Tyris!” Lalu dia mencubit pipi Tyris dengan gemas “Hei, kau itu masih muda Tyris! Setidaknya santailah, atau nanti-kau-sa-kit. Hemm..” istriku itu mencubit hidung Tyris dengan gemas.
“Jangan menggodanya Lamia” kataku. Lalu aku memeluknya dan mencium pipinya. “Ayo bantulah Eldore”
“Aa~hh.. tapi aku mau jalan-jalan, sayang”
“Besok saja kita jalan-jalan berdua sayang. Bukankah itu menyenangkan?”
“Baiklah, aku kesana sekarang” setelah itu dia mencium bibirku, lalu pergi.
Aku tidak sadar kalau Tyris terus menatap istriku, itu kesalahan pertamaku.
“Hei, aku mau jalan-jalan dengan pelayanku. Kau mau ikut? Aku ingin mengetahui banyak hal tentang kota ini” kataku.
“Tidak, kenapa kau mau tahu? Kau orang luar, kau kan hanya menginap sampai festival selesai. Jangan mencoba seenaknya, atau kau akan dieksekusi sekarang juga!” Tyris memgang pedangnya, dia siap menarik keluar pedangnya dari sarungnya.
“Apa maksudmu, bodoh? Aku sudah katakan padamu kalau aku akan tinggal disini dengan istriku” aku menyelanya dengan santai.
“Oh, kau mau tinggal dengan mereka? Kenapa?”
“Aku mau punya anak, dan aku ingin dia melahirkan disini. Tidak aman kan kalau kami bepergian selagi dia mengandung? Lagi pula, siapa yang kau maksud dengan mereka? Aku tidak tahu kapan pedagang keliling itu mau pergi lagi” saat itu aku tidak tahu kalau Tyris mengira pelayan-pelayanku ini adalah istriku.
“Pedagang?” katanya, heran. Kami berdua tidak mengerti pembicaraan kami satu sama lain.
“Kan sudah kubilang aku menumpang karavan pedagang keliling” kataku. Aku merasakan kebodohan Tyris dari tampangnya, aku rasa dia tidak paham sejak awal “Kau ikut aku Tyris, aku rasa ada sedikit salah paham disini”
“Hah? Salah tentang apa?”
“Sudahlah, ikut aku sambil kau jelaskan tentang kota ini” aku langsung menariknya, tidak peduli apapun yang dia katakan.
Kami berkeliling melihat kota ini, kota sangat beda dengan kota yang lain. Mereka memiliki sistem pencatatan penduduk, pengolahan limbah pun sudah ada, walaupun tidak secanggih zaman sekarang ini.
Aku heran bagaimana mereka menciptakan semua ini, “apakah ini sihir?” pikirku. Aku yang tidak percaya dengan sihir, iblis dan Tuhan, menjadi ragu dan mulai mngira ini sihir, karena aku tidak bisa menjelaskan kemajuan kota ini secara logis.
Maksudku, coba bayangkan mereka bisa membuat sebuah benda dari logam yang berputar dan ukurannya sebesar 5 kaki, mereka bergerak berurutan di pinggiran kastil dan terdapat bentuk seperti ukiran di sekelilingnya. Selain itu kastil ini terbuat dari logam yang.. yahh.. agak susah menjelaskannya.
“Kaget, huh? Inilah kenapa tidak sembarangan orang yang boleh masuk”, Tyris menyombongkan dirinya, seolah-olah dialah yang paling berperan penting di kota itu.
“Aa..” aku tercengang, sesaat terdiam melihat kastil itu, masa bodoh dengan Tyris. Setelah aku sadar aku panik dan langsung menarik Tyris “Apa sebenarnya benda itu!? Tidak mungkin dia hanya berputar seperti itu kan!?”
“BWAHAHAHA!!!” pertanyaanku teralihkan karena ada satu pria gemuk, dia sangat gemuk dengan hidung mancung dan wajah keriput yang mesum. Dia bersama dua wanita cantik dan mereka tertawa di jalan, tapi pria tua itu meremas pantat mereka, wajahnya menjijikkan. Tapi dia memakai pakaian mewah, sepertinya dia juga bangsawan.
“Oh, orang bodoh sudah datang, ayo pergi” kata Tyris. Dia tidak sadar kalau mereka berdua sejenis. Lalu Tyris dan aku segera menyingkir. Aku melirik dua wanita itu, dan menggumamkan kekesalanku ke Tyris “Ah, mereka sangat seksi! Sialan kau, pak tua mesum!” sambil menunjuk mereka dari jauh dengan geram.
Untunglah ada seorang penjual, dia menjual bahan makanan. “Hey, tolong beri aku telurnya!” aku memberinya uang, aku tidak tahu berapa harganya, langsung saja kuambil lima butir telur dan berlari meninggalkan mereka.
“Hey! Tunggu  aku!” Tyris mengejarku. “Diamlah, ambil ini!” aku memberinya tiga butir. “Kau lihat pak tua disana? Sebut saja namanya PK. Itu targetnya, lakukan bersama-sama karena” aku menunjuk pak tua mesum yang tadi. Haha.. aku tidak tahu apa yang aku pikirkan, aku hanya ingin bersenang-senang.
“Oke, pada hitungan ketiga, lempar! Usahakan mengenai wajahnya!” kataku dengan tidak sabaran, dan *Plak* Tyris menamparku. “Kau gila?” katanya padaku. “Sadarlah bung! Kalau kau kesal, setidaknya lakukanlah hal yang lebih baik” dia menceramahiku. Lalu dia pergi meninggalkanku.
“Aa..” aku tidak tahu mau bilang apa. Aku terdiam dan hanya memandang (mantan) targetku dari kejauhan. Dia masih bersama dua perempuan itu, mereka terlihat senang, mereka sekarang tertawa di pinggir jembatan. Sebenarnya, kenapa mereka tertawa? Si PK itu berjalan ke depan dan berbalik, sepertinya sedang pamer kepada perempuan itu, dia berputar, berbalik arah, dan terlihat seperti sebuah kelapa.
Sebuah  kelapa yang terbang melayang, dan berputar di udara, kelapa itu terlihat bersinar karena cahaya matahari, silau, seolah-olah tersenyum menyemangati diriku yang lemas, lemah, letih, lesu, dan lunglai. Lalu kusadari dia memberi secercah cahaya harapan ke jiwaku, dan dia melayang berputar dan mengarah ke pinggir jembatan.
“Hah!? Oi!! Kok ada Kelapa!?” aku berteriak karena kaget, tapi tanpa kusadari kelapa itu  melayang  dan.. *DUUAAK!!!*. Kelapa itu menghantam wajah si PK,  dan dia jatuh dengan pelan ke sungai bersama si kelapa saat berputar, sangat dramatis. Tapi kondisi si PK pasti sangat parah, coba bayangkan saja bagaimana rasanya sebuah kelapa melayang dari tempat yang jauh menghantam wajahnya. Kalau sudah, coba kalian bayangkan versi slow motion-nya..
Menyadari kondisi itu, aku sempat shock dan panik. Aku langsung melangkahkan kakiku dengan cepat, kulalui pasar yang padat, aku tak menghiraukan orang-orang yang berlalu di jalanan, keringat dingin mengucur dari tubuhku dan aku tidak peduli. Aku sangat khawatir, dan dengan sekuat tenaga berlari menuju tempat si PK terjatuh tadi, sambil mataku berkaca-kaca menahan air mata karena aku sangat sedih.
Tapi ketika aku sampai, semuanya sudah terlambat. Sayang sekali dia tidak selamat.
Badanku lemas dan tak bertenaga, lututku tidak sanggup lagi menahan diriku untuk berdiri. Akupun hanya bisa memandangi, meratapi, dengan air mata kesedihan yang mengalir.. dari hidungku.
Tapi, tentu saja aku tidak bisa menerima kenyataan ini!
“TIDAK!! Kelapanya!” aku segera berlari ke pinggir jembatan dan ingin melompat, tapi Tyris menahan tanganku dan menarikku. “Tidak! Lepaskan aku! Hei! Siapapun! Seseorang tolong selamatkan kelapanya!” aku berteriak, menangis dan merengek sekencang-kencangnya, berharap agar ada yang kasihan dan rela melompat dari jembatan untuk mengorbankan nyawa mereka demi sebuah kelapa.
Aku tetap meronta, menarik tubuhku sekuat tenaga berusaha melepaskan diri dari Tyris, tapi aku tetap saja tidak bisa melepasnya. Badanku lemah saking banyaknya tenaga yang aku keluarkan untuk menangis dan bertingkah konyol.
Tyris melonggarkan tangannya saat aku lemas, merasa kalau sudah tidak apa-apa kalau aku dilepaskan. Tapi kebodohannya itu adalah.. kita ini di pinggir jembatan! Lebih parahnya lagi, aku tidak sadar dia melonggarkan tangannya dariku. Jadilah saat dia melonggarkan tangannya itu, aku tidak sengaja bergerak maju dan lepas dari jangkauannya, semuanya dengan pelan dan pasti.
Ya, pasti mati.
“UWAAH!!” teriakku.
Tyris yang bodoh itu telat banget sadarnya dan baru aja dia teriak “Oh, tidak!!”
Aku yang kesal karena kebodohannya memandangnya dengan geram “Oh yeah! Dasar tolol! Dasar idiot level krisis! WAAA!!!...” *JEBYURR* itulah kata-kata terakhirku. 
Mungkin bagi Tyris, suara yang didengarnya adalah.. *plung*